A.
Konsep Perkembangan Yang Berkelanjutan
Berbagai
argumen dan perdebatan tentang pariwisata berkelanjutan telah banyak
bermunculan sejak ide ini dikemukakan untuk pertamakalinya. Pariwisata
berkelanjutan juga banyak ditulis dalam berbagai literatur, namun masih banyak
kelemahan yang masih perlu diperbaiki. Setidaknya ada enam hal yang perlu
mendapat perhatian dalam setiap riset mengenai pariwisata berkelanjutan yaitu:
1.
Aturan mengenai permintaan pariwisata
2.
Sumber-sumber alam pariwisata
3.
Hak secara umum
4.
Aturan periwisata dalam hal promosi kemajuan sosial
budaya
5.
Pengukuran yang berkelanjutan
6.
Bentuk-bentuk perkembangan yang berkelanjutan
Pariwisata adalah fenomena kemasyarakatan, yang menyangkut
manusia, masyarakat, kelompok organisasi, kebudayaan, dan sebagainya yang
merupakan objek kajian sosiologi. Namun
demikian kajian sosiologi belum begitu lama dilakukan terhadap pariwisata,
meskipun pariwisata sudah mempunyai sejarah yang sangat panjang. Hal ini
terkait dengan kenyataan bahwa pariwisata pada awalnya lebih dipandang sebagai
kegiatan ekonomi, dan tujuan utama pengembangan pariwisata adalah untuk
mendapatkan keuntungan ekonomi, baik bagi masyarakat daerah maupun negara.
Pengaruh pariwisata dari aspek sosial penting untuk dikaji mengingat Bali yang dicanangkan sebagai Daerah Tujuan Wisata dengan
konsep pariwisata budaya telah banyak mendapat pengaruh, baik itu pengaruh
positif maupun negatif dari pengembangan pariwisata. Keberadaan budaya Bali yang menjadi sajian utama bagi pariwisata harus
dijaga kelestariannya, karena budaya adalah sesuatu yang membuat pulau ini
begitu diminati oleh wisatawan disamping keindahan alam yang dimilikinya.
Keberlangsungan budaya Bali juga merupakan
faktor kunci dalam mewujudkan wacana pariwisata berkelanjutan.
Konsep
pengembangan yang berkelanjutan dimulai dan mulai berkembang pada awal tahun
1970. Ide dari pengembangan yang berkelanjutan pertama kali dipublikasikan oleh
“International Union For The Conversation Nature and Natural Resources”
(IUCN,1980) dalam “strategi perlindungan dunia”. Pada tahun 1987, The
Brundtland Commission Report mendefinisikan pengembangan yang berkelanjutan
sebagai perkembangan yang sesuai dengan kebutuhan masa sekarang tanpa
mengesampingkan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri. Pengembangan yang berkelanjutan bukanlah suatu keadaan yang
tetap, tapi sebuah proses perubahan yang dinamis dalam sebuah harmoni sambil
meningkatkan potensi saat ini dan yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan dan
aspirasi manusia.
Perkembangan pariwisata berkelanjutan
memerlukan perkembangan pariwisata dan daerah asal yang memerlukan perlindungan
dan kesempatan di kemudian hari. Berkelanjutan memiliki pandangan yang luas
dalam perubahan sosial yang akan mengarah pada pengembangan pariwisata
berkelanjutan.
Tak
satupun negara di dunia yang ingin kembali ke masa lalu, kembali ke zaman
primitif yang jauh dari perkembangan dunia. Semua budaya pasti mengalami
perubahan demikian juga yang terjadi di Bali, dan Indonesia pada umumnya. Harus
disadari bahwa Bali juga merupakan bagian dari dunia yang sekarang yang juga
ingin berbagi keuntungan dan bernegosiasi untuk mengurangi element negatif yang
menyertai perubahan.
Pariwisata berkelanjutan memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Economic
Prosperity/Kesejahteraan Sosial
§ Bisnis pariwisata jangka panjang
§ Kesempatan kerja yang berkualitas, kondisi
dan pembayaran yang adil bagi seluruh pekerja
2.
Kesetaraan Sosial
- Pariwisata
yang dapat meningkatkan kualitas hidup komunitas lokal
- Keterlibatan
masyarakat dalam perencanaan dan manajemen pariwisata
- Aman,
memuaskan dan dapat memenuhi harapan pengunjung
3.
Perlindungan Lingkungan dan Kebudayaan
- Pengurangan
polusi lingkungan lokal maupun global
- Pariwisata
yang dapat menjaga dan memperkuat keanekaragaman hayati
- Pariwisata
yang dapat memperkaya keragaman dan keunikan budaya kita
B. Dampak Sosial Pariwisata
Pariwisata adalah suatu
kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga
membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Bahkan pariwisata
dikatakan mempunyai energi dobrak yang luar biasa, yang mampu membuat
masyarakat setempat megalami metamorfosis dalam berbagai aspeknya. Dampak
pariwisata merupakan wilayah kajian yang paling banyak mendapatkan perhatian
dalam literatur, terutama dampak pariwisata terhadap wisatawan/negara asal
wisatawan belum banyak mendapatkan perhatian.
Meskipun pariwisata juga
menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat secara politik, keamanan, dan
sebagainya, dampak pariwisata terhadap masyarakat dan daerah tujuan wisata yang
banyak mendapat ulasan adalah:
1. Dampak
terhadap sosial-ekonomi
2. Dampak
terhadap sosial budaya
1. Dampak Sosial-Ekonomi
Dampak pariwisata terhadap
kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dapat dikategorikan menjadi delapan
kelompok besar yaitu:
a. Dampak
terhadap penerimaan devisa
b. Dampak
terhadap pendapatan masyarakat
c. Dampak
terhadap kesempatan kerja
d. Dampak
terhadap harga-harga
e. Dampak
terhadap distribusi manfaat/keuntungan
f. Dampak
terhadap kepemilikan dan kontrol
g. Dampak
terhadap pembangunan pada umumnya
h. Dampak
terhadap pendapatan pemerintah.
Pariwisata diharapkan mampu menghasilkan angka pengganda (multiplier effect) yang tinggi,
melebihi angka pengganda pada berbagai kegiatan ekonomi lainnya. Meskipun sulit
melakukan penghitungan secara pasti terhadap angka pengganda ini, dari beberapa
daerah/Negara telah dilaporkan besarnya angka pengganda yang bervariasi.
Peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi Daerah Tujuan Wisata seperti Bali , yang memang sudah terkenal sebagai salah satu
daerah tujuan wisata dunia, tidak perlu diprtanyakan lagi. Dengan tidak
tersedianya sumber daya alam seperti migas, hasil hutan, ataupun industry
manufaktur yang berskala besar, maka pariwisata telah menjadi sector andalan
dalam pembangunan. Hal ini sejalan dengan data mengenai distribusi pengeluaran
wisatawan. Data menunjukkan bahwa selama di Bali ,
pengeluaran wisatawan yang terserap ke dalam “perekonomian rakyat” cukup
tinggi.
Sedangkan dampak yang tidak diharapkan (dampak negative) seperti semakin
memburuiknya kesenjangan pendapatan antar kelompok masyarakat, memburuknya
ketimpangan antar daerah, hilangnya control masyarakat local terhadap sumber
daya ekonomi, munculnya neo-kolonialisme atau neo-imperialisme, dan sebagainya.
Banyak yang menyebutkan bahwa pariwisata telah menjadi wahana eksploitasi dari
Negara-negara maju (Negara asal wisatawan) terhadap Negara-negara berkembang
(daerah tujuan wisata). Berbagai fasilitas wisata di DTW, sebagian besar adalah
fasilitas yang diimpor dari Negara asal wisatawan.
2. Dampak
Sosial Budaya
Studi tentang dampak social budaya pariwisata selama ini lebih cenderung
mengasumsikan bahwa akan terjadi perubahan social-budaya akibat kedatangan
wisatawan, dengan tiga asumsi yang umum, yaitu:
a. Perubahan
dibawa sebagai akibat adanya intrusi dari luar, umumnya dari system
social-budaya yang superordinat terhadap budaya penerima yang labih lemah.
b. Perubahan
tersebut umumnya destruktif bagi budaya daerah penerima.
c. Perubahan
tersebut akan berujung pada homogenisasi budaya, dimana identitas etnik local
akan tenggelam dalam bayangan system industry dengan teknologi barat, birokrasi
nasional dan multinasional, a consumer
oriented economy, dan jet-aged lifestyle.
Dalam melihat pengaruh pariwisata terhadap masyarakat (kebudayaan)
setempat, harus disadari bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang secara internal
terdeferensiasi, aktif dan selalu berubah. Oleh karena itu pendekatan yang
kiranya lebih realistis adalah dengan menganggap bahwa pariwisata adalah
“pengaruh luar yang kemudian terintegrasi dengan masyarakat”, dimana masyarakat
mengalami proses menjadikan pariwisata sebagai bagian dari kebudayaannya, atau
apa yang disebut sebagai proses touristification.
Di samping itu perlu juga dilihat bahwa konsekuensi yang dibawa oleh
pariwisata bukan saja terbatas pada hubungan langsung host guest. Pengaruh di luar interaksi langsung ini justru lebih
penting, karena mampu menyebabkan restrukturisasi pada berbagai bentuk hubungan
di dalam masyarakat.
Dampak pariwisata terhadap kehidupan social-budaya masyarakat Bali telah lama
mendapat sorotan dari berbagai pihak. Berkenaan dengan ini dijumpai adanya
perbedaan pendapat antara pihak yang berpandangan pesimis dan optimis terhadap
keberadaan Bali pada masa mendatang. Pihak
yang pesimis menganggap kebudayaan Bali telah
mengalami komoditisasi dan kemerosotan karena banyak unsur kebudayaan yang
dialihfungsikan atau dikomersialisasikan sebagai barang dagangan.
Selain itu ada pula yang melihat perkembangan pariwisata Bali telah membawa daerah ini menjadi Eropa kedua.
Sementara di pihak lain, ada pula pandangan optimis yang beranggapan bahwa
perkembangan pariwisata di Bali membawa dampak
positif terhadap kebudayaan setempat, yakni memperkokoh benteng pertahanan
kebudayaan setempat. Keinginan besar para wisatawan untuk menikmati kebudayaan Bali melahirkan apa yang disebut sebagai involusi
kebudayaan, yaitu elaborasi yang semakin baik dalam bentuk dan praktik-praktik
kebudayaan, seperti apa yang tercermin
dalam berbagai jenis kesenian tradisional yang kian sering dan meluas
dipertunjukkan daripada beberapa tahun silam. Begitu pula pada masyarakat yang
secara langsung terlibat dalam pariwisata mampu mengembangkan lembaga-lembaga
yang ada sejalan dengan tuntutan dunia pariwisata.
Perkembangan pariwisata yang sangat pesat dan terkonsentrasi dapat
menimbulkan berbagai dampak. Secara umum dampak yang ditimbulkan bersifat
positif dan negatif. Dampak positif dari pengembangan pariwisata meliputi:
1. Memperluas lapangan kerja
2. Bertambahnya kesempatan berusaha
3. Meningkatkan pendapatan
4. Terpeliharanya budaya setempat
5. Dikenalnya budaya setempat oleh wisatawan
Sedangkan dampak negatifnya akan menyebabkan:
1. Terjadinya tekanan tambahan penduduk akibat
pendatang baru dari luar daerah
2. Timbulnya komersialisasi
3. Berkembangnya pola hidup konsumtif
4. Terganggunya lingkungan
5. Semakin terbatasnya lahan pertanian
6. Pencernaan budaya
7. Terdesaknya masyarakat setempat.
Dampak
positif dari kegiatan pariwisata terhadap budaya masyarakat local antara lain:
1. Munculnya kreatifitas dan inovasi budaya
2. Akulturasi budaya
3. Revitalisasi budaya
Dampak
negative yang sering dikhawatirkan terhadap budaya masyarakat local antara
lain: proses komodifikasi, peniruan, dan profanisasi (Shaw dan Williams, dalam
Ardika 2003:25). Lebih lanjut dijelaskan bahwa dampak pariwisata terhadap
budaya masyarakat local sebagaimana tersebut di atas disebabkan oleh tiga hal
yakni: (1) masyarakat local ingin memberikan hasil karya seni atau kerajinan
yang bermitu tinggi kepada pembeli (wisatawan), (2) untuk menjaga citra dan
menunjukkan identitas budaya masyarakat local kepada dunia luar, (3) masyarakat
ingin memperoleh uang akibat meningkatnya komersialisasi (Graburn 2000 dalam
Ardika 2003). Dampak positif social budaya pengembangan pariwisata dapat
dilihat dari adanya pelestarian budaya-budaya masyarakat local seperti kegiatan
keagamaan, adat istiadat, dan tradisi, serta diterimanya pengembangan objek
wisata dan kedatanganwisatawan oleh masyarakat local. Sedangkan dampak negative
social budaya pengembangan pariwisata dilihat dari respon masyarakat local
terhadap keberadaan pariwisata seperti adanya perselisihan atau konflik
kepentingan di antara para stakeholders, kebencian dan penolakan terhadap
pengembangan pariwisata, dan munculnya masalah-masalah social seperti praktek
perjudian, prostitusi dan penyalahgunaan sex (sexual abuse).
C. Bali
dan Pariwisata Budaya
Bali
sebagai salah satu objek wisata utama di Indonesia merupakan barometer
perkembangan pariwisata nasional. Oleh karena itu Bali memegang peranan penting
dalam perkembangan pariwisata di Indonesia . Budaya dan adat istiadat
adiluhung yang diwarisi oleh masyarakat Bali ,
begitu unik dan menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan untuk terus berkunjung
ke pulau yang diberkahi dengan alam yang begitu indah dengan penduduk yang
ramah tamah ini. Kehidupan masyarakatnya yang tidak pernah terlepas dari
kesenian dan ritual keagamaan membuat Bali
begitu istimewa dimata wisatawan dunia. Masyarakat Bali sebagai salah satu
komponen penting dalam pengembangan pariwisata juga memberi dukungan yang
sangat berarti, dan menyadari dengan sepenuhnya fungsi dan tanggung jawab
mereka dalam menjaga dan mengembangkan pariwisata Bali .
Maka dicanangkanlah Bali sebagai daerah tujuan
wisata yang berkonsep wisata budaya.
Sebagai
daerah tujuan utama bagi wisatawan, tentu Bali
tidak terlepas dari dampak pengembangan pariwisata dari segala aspek kehidupan
termasuk kebudayaan. Pengembangan pariwisata di Bali mampu yang bertumpu pada
kebudayaan Bali yang pada dasarnya bersumber
pada agama Hindu, menimbulkan adanya kegairahan penggalian, pemeliharaan, dan
pengembangan aspek-aspek kebudayaan terutama kesenian, monumen-monumen
peninggalan sejarah, dan adat istiadat. Tentu saja hal ini memberikan efek
ganda yaitu bertambahnya pendapatan masyarakat local dari kegiatan ini sebagai
konsumsi bagi wisatawan dan dapat menjaga kelestarian aspek-aspek kebudayaan
itu sendiri. Misalnya pertunjukan
berbagai kesenian untuk wisatawan, adanya museum untuk menyimpan benda-benda
bersejarah yang juga sebagai daya tarik wisatawan, dan berbagai kegiatan adat
istiadat yang bersifat unik.
Adanya
dampak positif pariwisata terhadap kebudayaan menunjukkan adanya keselarasan
ungkapan yang mengatakan “Pariwisata untuk kebudayaan”. Artinya, pengembangan
pariwisata benar-benar memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan
kebudayaan dalam arti yang luas. Ini artinya, perkembangan pariwisata secara
positif dapat memperkokoh kebudayaan indonesia . Di samping memberikan
dampak yang positif, pengembangan pariwisata juga dapat menimbulkan masalah. Di
samping pariwisata dapat mengembangkan dan melestarikan kebudayaan, sering
terjadi sebaliknya yaitu tereksploitasinya kebudayaan secara berlebihan demi
kepentingan pariwisata. Tentu hal ini akan berdampak negatif terhadap
perkembangan kebudayaan. Ini sering terjadi akibat adanya komersialisasi
kebudayaan dalam pariwisata. Artinya, memfungsikan pola-pola kebudayaan seperti
kesenian, tempat-tempat sejarah, adat istiadat, dan monumen-monumen di luar
fungsi utamanya demi kepentingan pariwisata. Inilah suatu masalah yang dihadapi
sekaligus tantangan dalam pengembangan pariwisata budaya. Hal ini juga dialami
Bali sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia .
Perkembangan
pariwisata memang dapat menumbuhkembangkan aspek-aspek kebudayaan seperti
kesenian dan adat istiadat di Bali . akan
tetapi, di balik itu juga ternyata muncul permasalahan akibat terlalu
tereksploitasinya aspek-aspek tadi. Misalnya, munculnya berbagai kesenian yang
awalnya hanya dipentaskan untuk kepentingan upacara agama, kemudian
dipertunjukkan untuk kepentingan upacara agama, kemudian dipertunjukkan untuk
kepentingan wisatawan. Demikian juga dijadikannya tempat suci sebagai objek
wisata. Ini merupakan fakta terjadinya komersialisasi budaya dalam pariwisata,
karena berubahnya atau bertambahnya fungsi di samping fungsi utamanya.
Di
samping terjadinya komersialisasi, tampaknya yang perlu juga menjadi pemikiran
kita bersama, yaitu pola pembinaan kebudayaan dalam arti luas sebagai pendukung
kepariwisataan. Sudah menjadi kenyataan bahwa devisa yang dihasilkan dari
pengembangan pariwisata, digunakan oleh negara untuk melaksanakan pembangunan
di segala bidang. Devisa itu dibagi-bagi ke semua aspek pembangunan, sehingga
dirasakan sangat kecil kembali pada bidang kebudayaan. Padahal secara nyata
bahwa kebudayaan itulah sebagai penopang paling besar dalam pariwisata untuk
mendatangkan devisa. Oleh karena itu, ada kesan “Budaya untuk pariwisata”.
Dengan demikian kebudayaan di sini tereksploitasi secara besar-besaran dan
hanya digunakan sebagai bahan promosi tanpa adanya usaha untuk menjaga dan
melestarikannya, menyebabkan banyak objek wisata yang tidak tertata akibat dana
pemeliharaan yang terbatas.
D. Tantangan-Tantangan
Kunci Dalam Pariwisata Berkelanjutan dan Penanganannya
Apakah
yang menjadi tantangan-tantangan kunci dalam pariwisata berkelanjutan?
1. Meminimalisir limbah penggunaan sumber daya
Pariwisata
sebagai salah satu industri terbesar menggunakan sumber daya dalam jumlah yang
besar pula dalam operasionalnya. Sumber daya air, listrik, bahan bakar dan
semuanya itu menghasilkan limbah yang jumlahnya tidak sedikit. Efisiensi energi
mutlak dibutuhkan demi keberlanjutan
kehidupan dan pariwisata itu sendiri karena sumber daya primer tidak dapat
diperbaharui melainkan terus berkurang. Pengelolaan limbah dengan konsep ramah
lingkungan diperlukan untuk menjaga keseimbangan alam. Pengelolaan yang tidak
profesional justru akan mematikan pariwisata.
Langkah-langkah
penanganannya adalah:
§
Mengurangi konsumsi energi dan mendorong
penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui dan teknologi yang telah
ditingkatkan
§
Mempromosikan dan memfasilitasi pengurangan,
penggunaan kembali, dan daur ulang material
§
Menjaga kualitas air, dengan memfungsikan
saluran air air dengan benar, mencegah pembuangan limbah ke sungai dan laut
2. Menjaga alam dan warisan budaya kita
Alam
dan warisan budaya adalah aset utama Bali
sebagai daerah tujuan utama. Dua hal inilah yang menjadikannya sebagai salah
satu tujuan wisata terbaik dunia, sehingga harus dilestarikan dan dijaga
keberadaannya. Langkah yang dapat ditempuh:
§
Memperkuat hubungan antara area yang dilindungi,
keanekaragaman hayati, dan obyek-obyek wisata lokal
§
Manajemen pengunjung, informasi, interpretasi
dan monotoring
§
Meningkatkan kontribusi pada konservasi dan
manajemen dari pengunjung dan bisnis pariwisata
§
Produk dan pelayanan yang berkualitas
3. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat
melalui pariwisata
Masyarakat sebagai salah satu
komponen pariwisata juga harus dilibatkan dan mendapatkan keuntungan dari
pariwisata. Jangan sampai keuntungannya hanya dinikmati oleh segelintir orang
saja, tanpa dapat dinikmati oleh masyarakat, terutama masyarakat lokal dimana
kegiatan pariwisata itu berlangsung. Langkah-langkah yang dapat dilakukan
adalah:
§
Memaksimalkan proporsi pendapatan yang dikelola
secara lokal, beserta keuntungan-keuntungan lainnya pada masyarakat lokal
§
Memperkuat jaringan penyediaan lokal dan
mempromosikan produk-produk, pernak-pernik dan toko-toko lokal pada wisatawan
4. Meningkatkan kualitas pekerjaan dalam lingkup
pariwisata
Selama ini, mereka yang menduduki
pos-pos penting dalam berbagai institusi dan perusahaan yang bergerak dalam
industri pariwisata hanya dipegang oleh orang-orang luar (asing). Sedangkan
orang-orang kita yang berhasil menduduki posisi penting masih sangat sedikit.
Diharapkan posisi dan kedudukan yang lebih penting dapat diraih agar tidak
hanya didominasi orang luar. Pemecahannya adalah:
§
Pertukaran dan peningkatan keahlian melalui
pelatihan pariwisata dan manajemen sumber daya manusia
§
Integrasi permasalahan mengenai pariwisata
berkelanjutan ke dalam pendidikan dan pelatihan pariwisata
§
Mempromosikan pariwisata sebagai pilihan karir
5. Mengurangi permintaan (demand) musiman/pada periode tertentu saja
Jumlah dari perjalanan wisata pada
periode tertentu dalam satu tahun membawa dampak yang kuat dalam keberlanjutan
pariwisata. Permintaan yang datang secara musiman pada periode tertentu saja
akan menyulitkan untuk merencanakan dan mengatur penggunaan fasilitas wisata
secara efisien. Kedatangan wisatawan dalam jumlah besar dalam satu waktu akan
memberi tekanan yang kuat pada daya dukung suatu daerah tujuan wisata. Dengan
menstimulasi permintaan pada periode-periode yang agak sepi dalam satu tahun (off-season), mengurusi kapasitas
tambahan, akan mampu menambah revenue
dalam pariwisata dan di saat yang bersamaan mengurangi beban dan tekanan pada
lingkungan dan masyarakat.
Beberapa langkah
tepat yang dapat dilakukan untuk menigkatkan jumlah kunjungan pada off-season diantaranya:
§
Mengatur pemilihan pasar yang dibidik pada pasar
yang non-seasonal. Seperti segmen pasar bisnis atau non-famili, yang tidak
harus berkunjung pada saat-saat liburan saja.
§
Pengembangan produk yang inovatif, disertai
dengan packaging, event dan promosi
pada off-season.
§
Promosi harga dan insentif.
§
Kerjasama antara penyedia layanan dan operator,
terutama dalam hal pemasaran dan promosi.
Pariwisata akan tumbuh dan berkembang
dengan cepat. Adalah tugas kita untuk meminimalisir akibat-akibat buruk sembari
menjaga keberlangsungannya. Hal-hal yang dapat kita lakukan diantaranya adalah:
§
Membatasi pertumbuhannya agar dapat lebih
dikendalikan
§
Lebih banyak melakukan tindakan nyata, bukan
hanya teori dan seminar yang hanya sebatas wacana. Karena sebagus apapun
pemikiran kita, tidak akan berguna jika tidak diimplementasikan secara nyata
§
Harus ada niat dan kerjasama yang baik antar
semua komponen dalam mewujudkan cita-cita bersama
§
Merubah cara berpikir agar tidak lagi mencari
keuntungan besar dalam sekejap dengan cara-cara yang tidak bertanggung jawab.
Yang terpenting adalah berkesinambungan dan bertahan dalam jangka panjang,
bukan keuntungan yang sesaat.
No comments:
Post a Comment