Translate

Monday, October 8, 2012

Sustainable Tourism


A.  Konsep Perkembangan Yang Berkelanjutan
Berbagai argumen dan perdebatan tentang pariwisata berkelanjutan telah banyak bermunculan sejak ide ini dikemukakan untuk pertamakalinya. Pariwisata berkelanjutan juga banyak ditulis dalam berbagai literatur, namun masih banyak kelemahan yang masih perlu diperbaiki. Setidaknya ada enam hal yang perlu mendapat perhatian dalam setiap riset mengenai pariwisata berkelanjutan yaitu:
1.      Aturan mengenai permintaan pariwisata
2.      Sumber-sumber alam pariwisata
3.      Hak secara umum
4.      Aturan periwisata dalam hal promosi kemajuan sosial budaya
5.      Pengukuran yang berkelanjutan
6.      Bentuk-bentuk perkembangan yang berkelanjutan
Pariwisata adalah fenomena kemasyarakatan, yang menyangkut manusia, masyarakat, kelompok organisasi, kebudayaan, dan sebagainya yang merupakan  objek kajian sosiologi. Namun demikian kajian sosiologi belum begitu lama dilakukan terhadap pariwisata, meskipun pariwisata sudah mempunyai sejarah yang sangat panjang. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa pariwisata pada awalnya lebih dipandang sebagai kegiatan ekonomi, dan tujuan utama pengembangan pariwisata adalah untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, baik bagi masyarakat daerah maupun negara. Pengaruh pariwisata dari aspek sosial penting untuk dikaji mengingat Bali yang dicanangkan sebagai Daerah Tujuan Wisata dengan konsep pariwisata budaya telah banyak mendapat pengaruh, baik itu pengaruh positif maupun negatif dari pengembangan pariwisata. Keberadaan budaya Bali yang menjadi sajian utama bagi pariwisata harus dijaga kelestariannya, karena budaya adalah sesuatu yang membuat pulau ini begitu diminati oleh wisatawan disamping keindahan alam yang dimilikinya. Keberlangsungan budaya Bali juga merupakan faktor kunci dalam mewujudkan wacana pariwisata berkelanjutan.
         Konsep pengembangan yang berkelanjutan dimulai dan mulai berkembang pada awal tahun 1970. Ide dari pengembangan yang berkelanjutan pertama kali dipublikasikan oleh “International Union For The Conversation Nature and Natural Resources” (IUCN,1980) dalam “strategi perlindungan dunia”. Pada tahun 1987, The Brundtland Commission Report mendefinisikan pengembangan yang berkelanjutan sebagai perkembangan yang sesuai dengan kebutuhan masa sekarang tanpa mengesampingkan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Pengembangan yang berkelanjutan bukanlah suatu keadaan yang tetap, tapi sebuah proses perubahan yang dinamis dalam sebuah harmoni sambil meningkatkan potensi saat ini dan yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia.
      Perkembangan pariwisata berkelanjutan memerlukan perkembangan pariwisata dan daerah asal yang memerlukan perlindungan dan kesempatan di kemudian hari. Berkelanjutan memiliki pandangan yang luas dalam perubahan sosial yang akan mengarah pada pengembangan pariwisata berkelanjutan.
 Tak satupun negara di dunia yang ingin kembali ke masa lalu, kembali ke zaman primitif yang jauh dari perkembangan dunia. Semua budaya pasti mengalami perubahan demikian juga yang terjadi di Bali, dan Indonesia pada umumnya. Harus disadari bahwa Bali juga merupakan bagian dari dunia yang sekarang yang juga ingin berbagi keuntungan dan bernegosiasi untuk mengurangi element negatif yang menyertai perubahan.
Pariwisata berkelanjutan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.  Economic Prosperity/Kesejahteraan Sosial
§  Bisnis pariwisata jangka panjang
§  Kesempatan kerja yang berkualitas, kondisi dan pembayaran yang adil bagi seluruh pekerja
2.  Kesetaraan Sosial
  • Pariwisata yang dapat meningkatkan kualitas hidup komunitas lokal
  • Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dan manajemen pariwisata
  • Aman, memuaskan dan dapat memenuhi harapan pengunjung
3.  Perlindungan Lingkungan dan Kebudayaan
  • Pengurangan polusi lingkungan lokal maupun global
  • Pariwisata yang dapat menjaga dan memperkuat keanekaragaman hayati
  • Pariwisata yang dapat memperkaya keragaman dan keunikan budaya kita


B.  Dampak Sosial Pariwisata
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energi dobrak yang luar biasa, yang mampu membuat masyarakat setempat megalami metamorfosis dalam berbagai aspeknya. Dampak pariwisata merupakan wilayah kajian yang paling banyak mendapatkan perhatian dalam literatur, terutama dampak pariwisata terhadap wisatawan/negara asal wisatawan belum banyak mendapatkan perhatian.
Meskipun pariwisata juga menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat secara politik, keamanan, dan sebagainya, dampak pariwisata terhadap masyarakat dan daerah tujuan wisata yang banyak mendapat ulasan adalah:
1.  Dampak terhadap sosial-ekonomi
2.  Dampak terhadap sosial budaya

1.  Dampak Sosial-Ekonomi
Dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dapat dikategorikan menjadi delapan kelompok besar yaitu:
a.  Dampak terhadap penerimaan devisa
b.  Dampak terhadap pendapatan masyarakat
c.  Dampak terhadap kesempatan kerja
d.  Dampak terhadap harga-harga
e.  Dampak terhadap distribusi manfaat/keuntungan
f.  Dampak terhadap kepemilikan dan kontrol
g.  Dampak terhadap pembangunan pada umumnya
h.  Dampak terhadap pendapatan pemerintah.
Pariwisata diharapkan mampu menghasilkan angka pengganda (multiplier effect) yang tinggi, melebihi angka pengganda pada berbagai kegiatan ekonomi lainnya. Meskipun sulit melakukan penghitungan secara pasti terhadap angka pengganda ini, dari beberapa daerah/Negara telah dilaporkan besarnya angka pengganda yang bervariasi. Peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi Daerah Tujuan Wisata seperti Bali, yang memang sudah terkenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata dunia, tidak perlu diprtanyakan lagi. Dengan tidak tersedianya sumber daya alam seperti migas, hasil hutan, ataupun industry manufaktur yang berskala besar, maka pariwisata telah menjadi sector andalan dalam pembangunan. Hal ini sejalan dengan data mengenai distribusi pengeluaran wisatawan. Data menunjukkan bahwa selama di Bali, pengeluaran wisatawan yang terserap ke dalam “perekonomian rakyat” cukup tinggi.
Sedangkan dampak yang tidak diharapkan (dampak negative) seperti semakin memburuiknya kesenjangan pendapatan antar kelompok masyarakat, memburuknya ketimpangan antar daerah, hilangnya control masyarakat local terhadap sumber daya ekonomi, munculnya neo-kolonialisme atau neo-imperialisme, dan sebagainya. Banyak yang menyebutkan bahwa pariwisata telah menjadi wahana eksploitasi dari Negara-negara maju (Negara asal wisatawan) terhadap Negara-negara berkembang (daerah tujuan wisata). Berbagai fasilitas wisata di DTW, sebagian besar adalah fasilitas yang diimpor dari Negara asal wisatawan.

2.  Dampak Sosial Budaya
Studi tentang dampak social budaya pariwisata selama ini lebih cenderung mengasumsikan bahwa akan terjadi perubahan social-budaya akibat kedatangan wisatawan, dengan tiga asumsi yang umum, yaitu:
a.  Perubahan dibawa sebagai akibat adanya intrusi dari luar, umumnya dari system social-budaya yang superordinat terhadap budaya penerima yang labih lemah.
b.     Perubahan tersebut umumnya destruktif bagi budaya daerah penerima.
c.     Perubahan tersebut akan berujung pada homogenisasi budaya, dimana identitas etnik local akan tenggelam dalam bayangan system industry dengan teknologi barat, birokrasi nasional dan multinasional, a consumer oriented economy, dan jet-aged lifestyle.
Dalam melihat pengaruh pariwisata terhadap masyarakat (kebudayaan) setempat, harus disadari bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang secara internal terdeferensiasi, aktif dan selalu berubah. Oleh karena itu pendekatan yang kiranya lebih realistis adalah dengan menganggap bahwa pariwisata adalah “pengaruh luar yang kemudian terintegrasi dengan masyarakat”, dimana masyarakat mengalami proses menjadikan pariwisata sebagai bagian dari kebudayaannya, atau apa yang disebut sebagai proses touristification. Di samping itu perlu juga dilihat bahwa konsekuensi yang dibawa oleh pariwisata bukan saja terbatas pada hubungan langsung host guest. Pengaruh di luar interaksi langsung ini justru lebih penting, karena mampu menyebabkan restrukturisasi pada berbagai bentuk hubungan di dalam masyarakat.
Dampak pariwisata terhadap kehidupan social-budaya masyarakat Bali  telah lama mendapat sorotan dari berbagai pihak. Berkenaan dengan ini dijumpai adanya perbedaan pendapat antara pihak yang berpandangan pesimis dan optimis terhadap keberadaan Bali pada masa mendatang. Pihak yang pesimis menganggap kebudayaan Bali telah mengalami komoditisasi dan kemerosotan karena banyak unsur kebudayaan yang dialihfungsikan atau dikomersialisasikan sebagai barang dagangan.
Selain itu ada pula yang melihat perkembangan pariwisata Bali telah membawa daerah ini menjadi Eropa kedua. Sementara di pihak lain, ada pula pandangan optimis yang beranggapan bahwa perkembangan pariwisata di Bali membawa dampak positif terhadap kebudayaan setempat, yakni memperkokoh benteng pertahanan kebudayaan setempat. Keinginan besar para wisatawan untuk menikmati kebudayaan Bali melahirkan apa yang disebut sebagai involusi kebudayaan, yaitu elaborasi yang semakin baik dalam bentuk dan praktik-praktik kebudayaan, seperti apa yang tercermin  dalam berbagai jenis kesenian tradisional yang kian sering dan meluas dipertunjukkan daripada beberapa tahun silam. Begitu pula pada masyarakat yang secara langsung terlibat dalam pariwisata mampu mengembangkan lembaga-lembaga yang ada sejalan dengan tuntutan dunia pariwisata.
Perkembangan pariwisata yang sangat pesat dan terkonsentrasi dapat menimbulkan berbagai dampak. Secara umum dampak yang ditimbulkan bersifat positif dan negatif. Dampak positif dari pengembangan pariwisata meliputi:
1.  Memperluas lapangan kerja
2.  Bertambahnya kesempatan berusaha
3.  Meningkatkan pendapatan
4.  Terpeliharanya budaya setempat
5.  Dikenalnya budaya setempat oleh wisatawan
Sedangkan dampak negatifnya akan menyebabkan:
1.  Terjadinya tekanan tambahan penduduk akibat pendatang baru dari luar daerah
2.  Timbulnya komersialisasi
3.  Berkembangnya pola hidup konsumtif
4.  Terganggunya lingkungan
5.  Semakin terbatasnya lahan pertanian
6.  Pencernaan budaya
7.  Terdesaknya masyarakat setempat.
Dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap budaya masyarakat local antara lain:
1.  Munculnya kreatifitas dan inovasi budaya
2.  Akulturasi budaya
3.  Revitalisasi budaya
Dampak negative yang sering dikhawatirkan terhadap budaya masyarakat local antara lain: proses komodifikasi, peniruan, dan profanisasi (Shaw dan Williams, dalam Ardika 2003:25). Lebih lanjut dijelaskan bahwa dampak pariwisata terhadap budaya masyarakat local sebagaimana tersebut di atas disebabkan oleh tiga hal yakni: (1) masyarakat local ingin memberikan hasil karya seni atau kerajinan yang bermitu tinggi kepada pembeli (wisatawan), (2) untuk menjaga citra dan menunjukkan identitas budaya masyarakat local kepada dunia luar, (3) masyarakat ingin memperoleh uang akibat meningkatnya komersialisasi (Graburn 2000 dalam Ardika 2003). Dampak positif social budaya pengembangan pariwisata dapat dilihat dari adanya pelestarian budaya-budaya masyarakat local seperti kegiatan keagamaan, adat istiadat, dan tradisi, serta diterimanya pengembangan objek wisata dan kedatanganwisatawan oleh masyarakat local. Sedangkan dampak negative social budaya pengembangan pariwisata dilihat dari respon masyarakat local terhadap keberadaan pariwisata seperti adanya perselisihan atau konflik kepentingan di antara para stakeholders, kebencian dan penolakan terhadap pengembangan pariwisata, dan munculnya masalah-masalah social seperti praktek perjudian, prostitusi dan penyalahgunaan sex (sexual abuse).

C.  Bali dan Pariwisata Budaya
Bali sebagai salah satu objek wisata utama di Indonesia merupakan barometer perkembangan pariwisata nasional. Oleh karena itu Bali memegang peranan penting dalam perkembangan pariwisata di Indonesia. Budaya dan adat istiadat adiluhung yang diwarisi oleh masyarakat Bali, begitu unik dan menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan untuk terus berkunjung ke pulau yang diberkahi dengan alam yang begitu indah dengan penduduk yang ramah tamah ini. Kehidupan masyarakatnya yang tidak pernah terlepas dari kesenian dan ritual keagamaan membuat Bali begitu istimewa dimata wisatawan dunia. Masyarakat Bali sebagai salah satu komponen penting dalam pengembangan pariwisata juga memberi dukungan yang sangat berarti, dan menyadari dengan sepenuhnya fungsi dan tanggung jawab mereka dalam menjaga dan mengembangkan pariwisata Bali. Maka dicanangkanlah Bali sebagai daerah tujuan wisata yang berkonsep wisata budaya.
Sebagai daerah tujuan utama bagi wisatawan, tentu Bali tidak terlepas dari dampak pengembangan pariwisata dari segala aspek kehidupan termasuk kebudayaan. Pengembangan pariwisata di Bali mampu yang bertumpu pada kebudayaan Bali yang pada dasarnya bersumber pada agama Hindu, menimbulkan adanya kegairahan penggalian, pemeliharaan, dan pengembangan aspek-aspek kebudayaan terutama kesenian, monumen-monumen peninggalan sejarah, dan adat istiadat. Tentu saja hal ini memberikan efek ganda yaitu bertambahnya pendapatan masyarakat local dari kegiatan ini sebagai konsumsi bagi wisatawan dan dapat menjaga kelestarian aspek-aspek kebudayaan itu sendiri.  Misalnya pertunjukan berbagai kesenian untuk wisatawan, adanya museum untuk menyimpan benda-benda bersejarah yang juga sebagai daya tarik wisatawan, dan berbagai kegiatan adat istiadat yang bersifat unik.
Adanya dampak positif pariwisata terhadap kebudayaan menunjukkan adanya keselarasan ungkapan yang mengatakan “Pariwisata untuk kebudayaan”. Artinya, pengembangan pariwisata benar-benar memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan kebudayaan dalam arti yang luas. Ini artinya, perkembangan pariwisata secara positif dapat memperkokoh kebudayaan indonesia. Di samping memberikan dampak yang positif, pengembangan pariwisata juga dapat menimbulkan masalah. Di samping pariwisata dapat mengembangkan dan melestarikan kebudayaan, sering terjadi sebaliknya yaitu tereksploitasinya kebudayaan secara berlebihan demi kepentingan pariwisata. Tentu hal ini akan berdampak negatif terhadap perkembangan kebudayaan. Ini sering terjadi akibat adanya komersialisasi kebudayaan dalam pariwisata. Artinya, memfungsikan pola-pola kebudayaan seperti kesenian, tempat-tempat sejarah, adat istiadat, dan monumen-monumen di luar fungsi utamanya demi kepentingan pariwisata. Inilah suatu masalah yang dihadapi sekaligus tantangan dalam pengembangan pariwisata budaya. Hal ini juga dialami Bali sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia.
Perkembangan pariwisata memang dapat menumbuhkembangkan aspek-aspek kebudayaan seperti kesenian dan adat istiadat di Bali. akan tetapi, di balik itu juga ternyata muncul permasalahan akibat terlalu tereksploitasinya aspek-aspek tadi. Misalnya, munculnya berbagai kesenian yang awalnya hanya dipentaskan untuk kepentingan upacara agama, kemudian dipertunjukkan untuk kepentingan upacara agama, kemudian dipertunjukkan untuk kepentingan wisatawan. Demikian juga dijadikannya tempat suci sebagai objek wisata. Ini merupakan fakta terjadinya komersialisasi budaya dalam pariwisata, karena berubahnya atau bertambahnya fungsi di samping fungsi utamanya.
Di samping terjadinya komersialisasi, tampaknya yang perlu juga menjadi pemikiran kita bersama, yaitu pola pembinaan kebudayaan dalam arti luas sebagai pendukung kepariwisataan. Sudah menjadi kenyataan bahwa devisa yang dihasilkan dari pengembangan pariwisata, digunakan oleh negara untuk melaksanakan pembangunan di segala bidang. Devisa itu dibagi-bagi ke semua aspek pembangunan, sehingga dirasakan sangat kecil kembali pada bidang kebudayaan. Padahal secara nyata bahwa kebudayaan itulah sebagai penopang paling besar dalam pariwisata untuk mendatangkan devisa. Oleh karena itu, ada kesan “Budaya untuk pariwisata”. Dengan demikian kebudayaan di sini tereksploitasi secara besar-besaran dan hanya digunakan sebagai bahan promosi tanpa adanya usaha untuk menjaga dan melestarikannya, menyebabkan banyak objek wisata yang tidak tertata akibat dana pemeliharaan yang terbatas.

D. Tantangan-Tantangan Kunci Dalam Pariwisata Berkelanjutan dan Penanganannya
Apakah yang menjadi tantangan-tantangan kunci dalam pariwisata berkelanjutan?
1.  Meminimalisir limbah penggunaan sumber daya
Pariwisata sebagai salah satu industri terbesar menggunakan sumber daya dalam jumlah yang besar pula dalam operasionalnya. Sumber daya air, listrik, bahan bakar dan semuanya itu menghasilkan limbah yang jumlahnya tidak sedikit. Efisiensi energi mutlak dibutuhkan  demi keberlanjutan kehidupan dan pariwisata itu sendiri karena sumber daya primer tidak dapat diperbaharui melainkan terus berkurang. Pengelolaan limbah dengan konsep ramah lingkungan diperlukan untuk menjaga keseimbangan alam. Pengelolaan yang tidak profesional justru akan mematikan pariwisata.
Langkah-langkah penanganannya adalah:
§  Mengurangi konsumsi energi dan mendorong penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui dan teknologi yang telah ditingkatkan
§  Mempromosikan dan memfasilitasi pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang material
§  Menjaga kualitas air, dengan memfungsikan saluran air air dengan benar, mencegah pembuangan limbah ke sungai dan laut
2.  Menjaga alam dan warisan budaya kita
Alam dan warisan budaya adalah aset utama Bali sebagai daerah tujuan utama. Dua hal inilah yang menjadikannya sebagai salah satu tujuan wisata terbaik dunia, sehingga harus dilestarikan dan dijaga keberadaannya. Langkah yang dapat ditempuh:
§  Memperkuat hubungan antara area yang dilindungi, keanekaragaman hayati, dan obyek-obyek wisata lokal
§  Manajemen pengunjung, informasi, interpretasi dan monotoring
§  Meningkatkan kontribusi pada konservasi dan manajemen dari pengunjung dan bisnis pariwisata
§  Produk dan pelayanan yang berkualitas
3.  Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pariwisata
            Masyarakat sebagai salah satu komponen pariwisata juga harus dilibatkan dan mendapatkan keuntungan dari pariwisata. Jangan sampai keuntungannya hanya dinikmati oleh segelintir orang saja, tanpa dapat dinikmati oleh masyarakat, terutama masyarakat lokal dimana kegiatan pariwisata itu berlangsung. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah:
§  Memaksimalkan proporsi pendapatan yang dikelola secara lokal, beserta keuntungan-keuntungan lainnya pada masyarakat lokal
§  Memperkuat jaringan penyediaan lokal dan mempromosikan produk-produk, pernak-pernik dan toko-toko lokal pada wisatawan
4.  Meningkatkan kualitas pekerjaan dalam lingkup pariwisata
            Selama ini, mereka yang menduduki pos-pos penting dalam berbagai institusi dan perusahaan yang bergerak dalam industri pariwisata hanya dipegang oleh orang-orang luar (asing). Sedangkan orang-orang kita yang berhasil menduduki posisi penting masih sangat sedikit. Diharapkan posisi dan kedudukan yang lebih penting dapat diraih agar tidak hanya didominasi orang luar. Pemecahannya adalah:
§  Pertukaran dan peningkatan keahlian melalui pelatihan pariwisata dan manajemen sumber daya manusia
§  Integrasi permasalahan mengenai pariwisata berkelanjutan ke dalam pendidikan dan pelatihan pariwisata
§  Mempromosikan pariwisata sebagai pilihan karir
5.  Mengurangi permintaan (demand) musiman/pada periode tertentu saja
            Jumlah dari perjalanan wisata pada periode tertentu dalam satu tahun membawa dampak yang kuat dalam keberlanjutan pariwisata. Permintaan yang datang secara musiman pada periode tertentu saja akan menyulitkan untuk merencanakan dan mengatur penggunaan fasilitas wisata secara efisien. Kedatangan wisatawan dalam jumlah besar dalam satu waktu akan memberi tekanan yang kuat pada daya dukung suatu daerah tujuan wisata. Dengan menstimulasi permintaan pada periode-periode yang agak sepi dalam satu tahun (off-season), mengurusi kapasitas tambahan, akan mampu menambah revenue dalam pariwisata dan di saat yang bersamaan mengurangi beban dan tekanan pada lingkungan dan masyarakat.
Beberapa langkah tepat yang dapat dilakukan untuk menigkatkan jumlah kunjungan pada off-season diantaranya:
§  Mengatur pemilihan pasar yang dibidik pada pasar yang non-seasonal. Seperti segmen pasar bisnis atau non-famili, yang tidak harus berkunjung pada saat-saat liburan saja.
§  Pengembangan produk yang inovatif, disertai dengan packaging, event dan promosi pada off-season.
§  Promosi harga dan insentif.
§  Kerjasama antara penyedia layanan dan operator, terutama dalam hal pemasaran dan promosi.
             
Pariwisata akan tumbuh dan berkembang dengan cepat. Adalah tugas kita untuk meminimalisir akibat-akibat buruk sembari menjaga keberlangsungannya. Hal-hal yang dapat kita lakukan diantaranya adalah:
§  Membatasi pertumbuhannya agar dapat lebih dikendalikan
§  Lebih banyak melakukan tindakan nyata, bukan hanya teori dan seminar yang hanya sebatas wacana. Karena sebagus apapun pemikiran kita, tidak akan berguna jika tidak diimplementasikan secara nyata
§  Harus ada niat dan kerjasama yang baik antar semua komponen dalam mewujudkan cita-cita bersama
§  Merubah cara berpikir agar tidak lagi mencari keuntungan besar dalam sekejap dengan cara-cara yang tidak bertanggung jawab. Yang terpenting adalah berkesinambungan dan bertahan dalam jangka panjang, bukan keuntungan yang sesaat.







No comments:

Post a Comment